Selasa, 30 Desember 2008

Peluang Kerja

Bandung,20 desember 2008
Di bandung internasional expo telah di adakan bursa kerja di sana di tawarkan ribuan lowongan. pekerjaan yang di adakan oleh 45 perusahaan yang ada di bandung.
Bursa kerja di adakan dengan alasan itu merupakan cara efektif untuk mendapatkan pekerjaan. Bursa kerja tersebut dipenuhi oleh ribuan orang yang sedang mencari pekerjaan.
Salah satu penyelenggara bursa tersebut menyamarkan agar pemerintah memperbanyak sekolah kejuruan dari pada sekolah umum, dengan alasan lulusan sekolah kejuruan menciptakan individu yang sudah siap kerja dengan kata lain inividu yang terampil.
Di masa modern seperti sekarang ini mencari pekerjaan ibarat "mencari jarum dalam jerami". Meskipun kita sarjana belum tentu kita dapat pekerjaan yang pas dengan bidang yang kita bisa dapat. Pekerjaan yang pas dengan bidang yang kita tekuni.
Maka dari itu, bagi kalian yang masih duduk di bangku sekolah berusahalah menjadi orang yang terampil dan berguna.

Senin, 22 Desember 2008

guru favorit

slama ini aku tu sgt mengidolakan Guru yang sbar,disiplin,tyuuuus.... pokoknya orangnya asyik. And guru itu pas bgt pada diri Bpk.Hariyanto. Waaaah....pokoknya pak Hariyanto tu gue bgt!!! Cara mengajar juga enak bgt,soalnya nie ya, mzak da murid terlmbat dbiarin, gak da Hukuman lagi. Tapi. . . da yang paling nyebelin,Suaranya itu low. . . Kueciiiil bgt. Kyak orang Ngeden. Tyuz,,,, murid gak ngrjain tugas,tetep sbar 0range. Guru sperti itulah yang puualing di idolakan Murid2.

Jumat, 19 Desember 2008

Kerjasama Bilateral

Indonesia- Jerman Sepakati Kerjasama BilateralLondon (ANTARA News) - Pemerintah Jerman sepakat memberikan bantuan kerjasama pembangunan bilateral kepada Pemerintah Indonesia sebesar 86 juta Euro yang dibahas dalam pertemuan delegasi Indonesia dipimpin oleh Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Dr Lukita Dinarsyah Tuwo dengan Dr Klemens van de Sand, Deputi Direktur Jenderal, Kementerian Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) Jerman di Bonn.Dalam pembicaraan bilateral delegasi Indonesia terdiri dari wakil Bappenas, Kantor menteri Koordinator Perekonomian, Deplu. Depkeu,Sekretariat negara, Dept Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan KBRI Berlin, demikian keterangan yang diterima ANTARA News London dari Sekretaris III KBRI Berlin, Pangeran Ibrani Situmorang, Sabtu.Dikatakannya dalam pertemuan delegasi Indonesia dengan Dr Klemens van de Sand dibahas prioritas kerjasama bilateral yang akan dimulai tahun 2008, selain itu dibahas peninjauan kembali proyek proyek yang sedang berjalan dan juga komitmen baru bantuan Jerman kepada Indonesia.Menurut Ibran Situmorang, pembicaraan itu juga menghasilkan sejumlah kesepakatan yang dituangkan dalam "Summary Record on the Negotiantions on Development Cooperation between the Government of the Indonesia and The Government of the Federal Republic of Germany."Ibrani mengatakan dalam pertemuan itu juga disepakati bidang prioritas kerjasama bilateral diantaranya perubahan iklim, pemberdayaan sektor swasta, desentralisasi dan "Good Goovermence". Sementara dua bidang prioritas sebelumnya yaitu kesehatan dan transportasi menurut rencana akan dihapus secara bertahap sampai proyek yang sudah disetujui sebelumnya selesai dilaksanakan.Dalam kesepakatan kedua negara selain tiga bidang prioritas juga terbuka kemungkinan dukungan terhadap bidang spesifik lainnya dengan mempertimbangkan kasus per kasus, ujarnya. Dalam pertemuan itu juga disepakati jumlah komitmen baru bantuan kerjasama pembangunan pemerintah Jerman-Indonesia yang mencapai 86 juta Euro yang terdiri atas 77,5 juta Euro hasil kesepakatan sebelumnya dan sebesar 8,5 juta Euro dana hibah dan kerjasama teknik yang telah disepakati Maret lalu. Dalam rangka kerjasama keuangan itu Pemerintah Jerman juga telah menyepakasi dana sebesar 55 juta Euro berupa pinjaman lunak dan hibah, sedangkan kerjasama teknik jumlahnya yang telah disepakati sebear 31 juta Euro.Hasil komitmen yang disetujui pada perundingan RI- Jerman tahun 2005 lalu telah terjadi peningkatan untuk komitmen periode 2007-08 sebasar 10 juta. Hal ini menunjukkan adanya kepercayaan dari Jerman kepada Indonesia...

Artikel Pelajaran Sosiologi

Beberapa minggu terakhir ramai diwartakan tentang penambahan mata pelajaran untuk ujian nasional (UN) tahun pelajaran 2007/2008 menjadi 6 mata pelajaran. Tidak hanya itu, pemerintah juga telah menyiapkan UN untuk sekolah dasar. Pro dan kontra pun bermunculan dimasyarakat.

Untuk penambahan mata pelajaran dalam UN terutama sosiologi menimbulkan penafsiran yang beragam. Seorang teman yang juga guru berucap bahwa memang selayaknya sosiologi dimasukkan dalam UN karena perkembangan zaman tidak terepas dari perhatian ilmu sosiologi. Namun banyak juga teman dari guru-guru yang justru merasa cemas dan terbebani dengan dimasukkannya sosiologi dalam UN.

Kecemasan ini cukup beralasan mengingat ini kali pertamanya sosiologi di UNkan sehingga muncul kecemasan akan banyak siswa yang tidak lulus. Terlebih ketidakadaan basic pendidikan sosiologi produk daerah ini. Semakin menambah kekhawatiran tersebut. Contohnya penulis sendiri yang lulusan pendidikan sejarah mengajar mata pelajaran sejarah dan sosiologi. Ada juga pengajar sosiologi yang berasal dari lulusan sarjana kehutanan. Itulah fakta dilapangan, sehingga menarik untuk disimak bagaimana kesiapan guru dan siswa serta sekolah dan orang tua menghadapi UN untuk sosiologi.

Optimalisasi MGMP

Rasa gundah sempat menghinggapi kepala ini namun semua sirna dengan kayakinan bahwa segala masalah ada jalan keluarnya. Bagi penulis, siap atau tidak yang jelas UN sudah didepan mata dan pemerintah sudah kukuh melaksanakan UN. Bukan saatnya lagi memperdebatkan penambahan 6 mata pelajaran, tetapi saatnya untuk menyongsong dengan optimis bahwa siswa kita akan lulus 100 %.

Salah satu jalan keluar yang dapat dioptimalkan dengan baik adalah musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Keberadaan MGMP dapat dipastikan ada ditiap daerah di Bumi Lambung Mangkurat ini, namun aktif dan tidaknya saja lagi. Sebelum dilaksanakan UN pada tahun 2004 silam, keberadaan MGMP diakui atau tidak diibaratkan ada dan tiada. Hidup segan mati tak mau. Maklum masalah klasik pendanaan menjadi sangat riskan. Kini seiring komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan maka MGMP pun mendapat perhatian dengan adanya blockgrant baik melalui pemerintah pusat via LMPM ataupun via Dinas Pendidikan Propinsi serta kabupaten/kota. Namun itu pun tidak mengakomodir seluruh mata pelajaran. Blockgrant hanya diberikan untuk pelajaran MIPA (biologi, matematika, fisika, dan kimia), bahasa (Inggris dan Indonesia), dan ekonomi. Sedangkan untuk IPS menggunakan dana swadaya.

Contoh sederhana yang kami lakukan dalam MGMP sosiologi di Kota Banjarbaru, walaupun menggunakan dana swadaya tidak menyurutkan semangat kami untuk tetap komitmen malaksanakan MGMP.

Melalui MGMP inilah kami bertemu dan membicarakan berbagai hal yang terkait dengan pembelajaran sosiologi, mulai dari perangkat pembelajaran, model pembelajaran, sampai pada persiapan UN. Tidak hanya itu MGMP juga menjadi media komunikasi guru untuk saling berbagai pengalaman dan cerita mengenai permasalahan siswa dan cara mengatasinya. Khusus bagi persiapan UN kami jauh-jauh hari sudah mengumpulkan bahan-bahan yang diperkirakan akan muncul dalam UN. Halnya menjadi lebih mudah dengan adanya Usulan Standar Kompetensi Lulusan sehingga menjadi lebih fokus. Namun kami rasa hal tersebut belumlah cukup. Untuk menganalisis soal UN kami pun harus rela mencari berbagai bahan dari berbagai sumber. Salah satunya melalui internet, alhasil kamipun harus sabar menunggu loading guna mendapatkan bahan pengajaran dan soal-soal yang diprediksi keluar saat UN. Setelah itu, soalnya kami analisis dan kembangkan bersama.

Bersama dalam MGMP memberikan semangat dan motivasi tersendiri yang membuat kami begitu yakin bahwa anak didik nantinya mampu menjawab soal UN dengan baik dan benar. Semoga.

Optimalisasi Bimbingan Belajar Di Sekolah

Satu hal yang juga jangan dilupakan dalam menghadapi UN nantinya adalah optimalisasi bimbingan belajar di sekolah. Kecemasan orang tua akan anaknya tidak tuntas dalam UN membuat mereka memberikan bimbingan belajar tambahan melalui lembaga pendidikan informal. Si anak diikutkan dalam program pimbingan belajar dengan harapan si anak lebih siap dan bisa tuntas dalam UN nanti.

Opsi demikian sah-sah saja, apalagi kondisi ekonomi yang memadai. Namun apakah hal itu satu-satunya jalan keluar ? sepertinya tidak. Karena kini sekolah-sekolah juga lebih tanggap soal bimbingan belajar. Dalam sudut pandang penulis, guru lebih mengetahui perkembangan dan kemampuan anak, guru dalam kesehariannya berhubungan langsung dengan proses KBM sehingga dapat menganalisis soal-soal yang diprediksi keluar saat UN nanti. Sebagai pengajar, guru mempunyai intuisi yang baik dalam hal perkembangan dan kemampuan siswanya sehingga mampu memberikan bimbingan belajar yang tidak hanya melulu tentang pemahaman soal tetapi juga menjadi tempat siswa untuk sharring mengenai permasalahan diluar pelajaran sekolah. Pengawasan dan perhatian guru lebih optimal. Hal inilah yang tidak didapatkan siswa diluar sekolah.

Yang juga menarik untuk diperhatikan bahwa bimbingan belajar di sekolah biayanya lebih murah ketimbang di luar sekolah. Itulah yang penulis maksudkan dengan kondisi ekonomi yang memadai. Bagi keluarga yang mampu tidak menjadi persoalan, tetapi bagi yang tidak mampu lain lagi ceritanya. Jangan hanya mencari gengsi tapi melupakan manfaat yang diperoleh siswa. Sudah saatnya melihat bimbingan belajar disekolah secara objektif. Namun bukan berarti dengan biaya yang murah hasilnya kurang bagus, bahkan sebaliknya dengan biaya yang mahal apakah hasilnya juga bagus. Memang selama ini tidak ada penelitian yang menunjukkan korelasi lurus antara tingginya biaya bimbingan belajar dengan keberhasilan siswa dalam UN.

Di sekolah mata pelajaran sosiologi mendapat perhatian sama dengan mata pelajaran lain yang di UNkan. Sehingga bimbingan belajar memang menjadi salah satu prioritas untuk mempersiapkan siswa menghadapi UN nantinya. Selama bimbingan belajar siswa mengisi daftar hadir yang tiap sebulan sekali direkapitulasi untuk dilaporkan kepada orang tua sehingga dapat diketahui kehadiran siswa selama bimbingan belajar. Hal ini penting untuk pengawasan orang tua kepada si anak sekaligus bentuk pertanggung jawaban guru yang bersangkutan dalam memberikan bimbingan belajar.

Dengan optimalisasi MGMP dan bimbingan belajar kiranya penulis yakin tidak ada masalah untuk sosiologi dalam UN. Tinggal faktor non teknis yang patut diperhatikan, misalnya keluarga, kesehatan, dan bencana alam. Sebagai tahun pertama dalam UN, sosiologi memberikan warna baru dalam UN. Dampak positif yang ditumbulkannya juga sangat besar, kini para siswa tiidak bisa lagi menganggap pelajaran yang termasuk rumpun IPS dengan sebelah mata karena faktanya sosiologi dan geografi kini masuk dalam UN. Apalagi jika benar semua mata pelajaran akan di UN kan maka tidak ada kata yang tidak penting.

Paradigma IPA lebih penting dari IPS harus dihilangkan karena laksana sayur tampa garam maka kurang sedap jika hanya IPA yang dipelajari ataupun sebaliknya IPS yang diutamakan karena pada dasar ilmunya semua saling berhubungan dan mendukung satu dengan lainnya.


Artikel Pelajaran Sosiologi

Sosiologi Menyongsong UN

(Oleh : Tri Hayat Ariwibowo, S.Pd)

Beberapa minggu terakhir ramai diwartakan tentang penambahan mata pelajaran untuk ujian nasional (UN) tahun pelajaran 2007/2008 menjadi 6 mata pelajaran. Tidak hanya itu, pemerintah juga telah menyiapkan UN untuk sekolah dasar. Pro dan kontra pun bermunculan dimasyarakat.

Untuk penambahan mata pelajaran dalam UN terutama sosiologi menimbulkan penafsiran yang beragam. Seorang teman yang juga guru berucap bahwa memang selayaknya sosiologi dimasukkan dalam UN karena perkembangan zaman tidak terepas dari perhatian ilmu sosiologi. Namun banyak juga teman dari guru-guru yang justru merasa cemas dan terbebani dengan dimasukkannya sosiologi dalam UN.

Kecemasan ini cukup beralasan mengingat ini kali pertamanya sosiologi di UNkan sehingga muncul kecemasan akan banyak siswa yang tidak lulus. Terlebih ketidakadaan basic pendidikan sosiologi produk daerah ini. Semakin menambah kekhawatiran tersebut. Contohnya penulis sendiri yang lulusan pendidikan sejarah mengajar mata pelajaran sejarah dan sosiologi. Ada juga pengajar sosiologi yang berasal dari lulusan sarjana kehutanan. Itulah fakta dilapangan, sehingga menarik untuk disimak bagaimana kesiapan guru dan siswa serta sekolah dan orang tua menghadapi UN untuk sosiologi.

Optimalisasi MGMP

Rasa gundah sempat menghinggapi kepala ini namun semua sirna dengan kayakinan bahwa segala masalah ada jalan keluarnya. Bagi penulis, siap atau tidak yang jelas UN sudah didepan mata dan pemerintah sudah kukuh melaksanakan UN. Bukan saatnya lagi memperdebatkan penambahan 6 mata pelajaran, tetapi saatnya untuk menyongsong dengan optimis bahwa siswa kita akan lulus 100 %.

Salah satu jalan keluar yang dapat dioptimalkan dengan baik adalah musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Keberadaan MGMP dapat dipastikan ada ditiap daerah di Bumi Lambung Mangkurat ini, namun aktif dan tidaknya saja lagi. Sebelum dilaksanakan UN pada tahun 2004 silam, keberadaan MGMP diakui atau tidak diibaratkan ada dan tiada. Hidup segan mati tak mau. Maklum masalah klasik pendanaan menjadi sangat riskan. Kini seiring komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan maka MGMP pun mendapat perhatian dengan adanya blockgrant baik melalui pemerintah pusat via LMPM ataupun via Dinas Pendidikan Propinsi serta kabupaten/kota. Namun itu pun tidak mengakomodir seluruh mata pelajaran. Blockgrant hanya diberikan untuk pelajaran MIPA (biologi, matematika, fisika, dan kimia), bahasa (Inggris dan Indonesia), dan ekonomi. Sedangkan untuk IPS menggunakan dana swadaya.

Contoh sederhana yang kami lakukan dalam MGMP sosiologi di Kota Banjarbaru, walaupun menggunakan dana swadaya tidak menyurutkan semangat kami untuk tetap komitmen malaksanakan MGMP.

Melalui MGMP inilah kami bertemu dan membicarakan berbagai hal yang terkait dengan pembelajaran sosiologi, mulai dari perangkat pembelajaran, model pembelajaran, sampai pada persiapan UN. Tidak hanya itu MGMP juga menjadi media komunikasi guru untuk saling berbagai pengalaman dan cerita mengenai permasalahan siswa dan cara mengatasinya. Khusus bagi persiapan UN kami jauh-jauh hari sudah mengumpulkan bahan-bahan yang diperkirakan akan muncul dalam UN. Halnya menjadi lebih mudah dengan adanya Usulan Standar Kompetensi Lulusan sehingga menjadi lebih fokus. Namun kami rasa hal tersebut belumlah cukup. Untuk menganalisis soal UN kami pun harus rela mencari berbagai bahan dari berbagai sumber. Salah satunya melalui internet, alhasil kamipun harus sabar menunggu loading guna mendapatkan bahan pengajaran dan soal-soal yang diprediksi keluar saat UN. Setelah itu, soalnya kami analisis dan kembangkan bersama.

Bersama dalam MGMP memberikan semangat dan motivasi tersendiri yang membuat kami begitu yakin bahwa anak didik nantinya mampu menjawab soal UN dengan baik dan benar. Semoga.

Optimalisasi Bimbingan Belajar Di Sekolah

Satu hal yang juga jangan dilupakan dalam menghadapi UN nantinya adalah optimalisasi bimbingan belajar di sekolah. Kecemasan orang tua akan anaknya tidak tuntas dalam UN membuat mereka memberikan bimbingan belajar tambahan melalui lembaga pendidikan informal. Si anak diikutkan dalam program pimbingan belajar dengan harapan si anak lebih siap dan bisa tuntas dalam UN nanti.

Opsi demikian sah-sah saja, apalagi kondisi ekonomi yang memadai. Namun apakah hal itu satu-satunya jalan keluar ? sepertinya tidak. Karena kini sekolah-sekolah juga lebih tanggap soal bimbingan belajar. Dalam sudut pandang penulis, guru lebih mengetahui perkembangan dan kemampuan anak, guru dalam kesehariannya berhubungan langsung dengan proses KBM sehingga dapat menganalisis soal-soal yang diprediksi keluar saat UN nanti. Sebagai pengajar, guru mempunyai intuisi yang baik dalam hal perkembangan dan kemampuan siswanya sehingga mampu memberikan bimbingan belajar yang tidak hanya melulu tentang pemahaman soal tetapi juga menjadi tempat siswa untuk sharring mengenai permasalahan diluar pelajaran sekolah. Pengawasan dan perhatian guru lebih optimal. Hal inilah yang tidak didapatkan siswa diluar sekolah.

Yang juga menarik untuk diperhatikan bahwa bimbingan belajar di sekolah biayanya lebih murah ketimbang di luar sekolah. Itulah yang penulis maksudkan dengan kondisi ekonomi yang memadai. Bagi keluarga yang mampu tidak menjadi persoalan, tetapi bagi yang tidak mampu lain lagi ceritanya. Jangan hanya mencari gengsi tapi melupakan manfaat yang diperoleh siswa. Sudah saatnya melihat bimbingan belajar disekolah secara objektif. Namun bukan berarti dengan biaya yang murah hasilnya kurang bagus, bahkan sebaliknya dengan biaya yang mahal apakah hasilnya juga bagus. Memang selama ini tidak ada penelitian yang menunjukkan korelasi lurus antara tingginya biaya bimbingan belajar dengan keberhasilan siswa dalam UN.

Di sekolah mata pelajaran sosiologi mendapat perhatian sama dengan mata pelajaran lain yang di UNkan. Sehingga bimbingan belajar memang menjadi salah satu prioritas untuk mempersiapkan siswa menghadapi UN nantinya. Selama bimbingan belajar siswa mengisi daftar hadir yang tiap sebulan sekali direkapitulasi untuk dilaporkan kepada orang tua sehingga dapat diketahui kehadiran siswa selama bimbingan belajar. Hal ini penting untuk pengawasan orang tua kepada si anak sekaligus bentuk pertanggung jawaban guru yang bersangkutan dalam memberikan bimbingan belajar.

Dengan optimalisasi MGMP dan bimbingan belajar kiranya penulis yakin tidak ada masalah untuk sosiologi dalam UN. Tinggal faktor non teknis yang patut diperhatikan, misalnya keluarga, kesehatan, dan bencana alam. Sebagai tahun pertama dalam UN, sosiologi memberikan warna baru dalam UN. Dampak positif yang ditumbulkannya juga sangat besar, kini para siswa tiidak bisa lagi menganggap pelajaran yang termasuk rumpun IPS dengan sebelah mata karena faktanya sosiologi dan geografi kini masuk dalam UN. Apalagi jika benar semua mata pelajaran akan di UN kan maka tidak ada kata yang tidak penting.

Paradigma IPA lebih penting dari IPS harus dihilangkan karena laksana sayur tampa garam maka kurang sedap jika hanya IPA yang dipelajari ataupun sebaliknya IPS yang diutamakan karena pada dasar ilmunya semua saling berhubungan dan mendukung satu dengan lainnya.


Artikel Pelajaran Sejarah

Senarai Perang untuk Bahan Hafalan Pelajaran Sejarah

Senarai Perang untuk Bahan Hafalan Pelajaran Sejarah
Taufiq Ismail

1.

Ada peta dunia berteriak kepada kita minta dibaca
''Telusurilah halaman-halamanku, renangilah waktu
Langkahi dua abad dan apa yang kau lihat?''

Kemudian kita bergegas meluncur di atas halaman peta
Rangkaian adegan orang kulit merah, bangsa kulit hitam,
Kawasan Mexico, Hawaii, Filipina dan Cuba
Kemudian Vietnam, Nicaragua, Israil dan sekitarnya
Setiba di sekitar Eufrat-Tigris badai debu mengotori peta
Di negeri Seribu Satu Malam ini
Terdengar gemuruh Seribu Satu Peluru Kendali

2

Kembali kita meluncur di atas halaman peta yang tua
Nampak bekas bercak darah berwarna sepia di atasnya
Gunung dan sungainya di benua Amerika belahan utara
Di sepanjang halamannya
Kawanan Indian menunggang kuda berlarian
Orang kulit putih menembaki dan mereka berjatuhan
Orang kulit hitam dianiaya massa bergelimpangan
Mereka ngilu menyanyikan lagu blues penuh kesedihan

Lihatlah separuh Mexico ditaklukkan
Hawaii dan Filipina jadi jajahan
Ratusan ribu penduduk Filipina sasaran pembunuhan
Jenderal Aguinaldo yang memproklamirkan kemerdekaan
Tak diberi pengakuan dan bangsanya tetap jadi jajahan
Spanyol dibayar 20 juta dollar sebagai imbalan
Inilah ironi sejarah yang mengherankan
Merdeka dari Inggeris dengan perjuangan tidak ringan
Tapi ternyata rasis dan imperialis juga belakangan

[Fidel Castro (BBC Online)] Adalah Cuba, pulau sebesar
telapak tangan
Jarak dari ujung Florida sepelemparan bola tangan
Diengkuk-engkuk dan ditekuk-tekuk tidak mempan
Ditunjuk-ajari pelajaran demokrasi tidak sudi
Dicekik leher ekonominya masih bernafas saja
Dicoba bunuh presidennya tak mati-mati juga
Lihatlah Fidel Castro itu kini
Tetap saja tampan dan tegak, di senja umurnya ini

3

Kini kita menyeberang samudera tiba di Vietnam Utara
Ketika Presiden Lyndon Johnson marah-marah suatu hari
Di Teluk Tonkin kapal perusaknya diganggu patroli
Diperintahkannya pemboman pertama di Vietnam Utara
Agustus bulannya, 1964 tahunnya

''The Rolling Thunder'', ''Guruh Gemuruh''
Itulah nama serangan udara
Yang berlangsung 3 tahun lamanya
Bom bagai badai berhamburan hampir setiap hari
Bom yang dijatuhkan selama tiga tahun itu
Dua kali lipat lebih banyak ketimbang
Bom yang dijatuhkan
Di seluruh front Perang Dunia I dan II

Bom yang 7 juta ton itu
Menyebabkan kematian 3 juta manusia Vietnam
Bayangkanlah 3 juta manusia direnggutkan nyawanya
Tiga juta

[Pemboman di Saigon, 1965 (History Search Beat)]
Bisakah orang Vietnam menjatuhkan bom
Sebutir saja di Amerika?

Bukan saja Vietnam Utara, tapi Vietnam Selatan
Juga dihujani badai bom itu
Di negeri itu kawah-kawah menganga
Bertebaran di mana-mana

Pada Vietnam, mengapa kita lupa
Padahal selama 11 tahun perang itu,
Berita pemboman dan pembunuhan
Setiap hari masuk di harian dan televisi kita

Vietnam jadi laboratorium uji coba macam-macam senjata
Bom napalm, bom Agent Orange, bom Agent Blue yang
Mengunyah daging manusia, mengunyah pepohonan,
Mengunyah dedaunan dan mengunyah hewan-hewan
Di tanah seluas pulau Jawa

Di negeri itu ratusan kawah-kawah menganga
Sawah-sawah musnah, pabrik-pabrik hancur
3 juta orang mati dalam masa 11 tahun itu

[Pemboman di sebuah Sungai, Vietnam Selatan (History
Search Beat)]
Bisakah orang Vietnam menjatuhkan bom
Sebutir saja di Amerika?

Pada Vietnam mengapa kita lupa
Alangkah lemah ingatan kita

Sesudah Lyndon Johnson, Presiden Nixon marah
Baru 3 bulan jadi Presiden
Diperintahkannya menghujani Kamboja dengan bom
Kemudian 200 pesawat B-52 dikirimnya menghabisi
Haiphong dan Hanoi,

Bisakah orang Vietnam menjatuhkan bom
Sebutir saja di Amerika?

Presiden Amerika adalah presiden dunia
Yang paling sering memberi perintah
Menjatuhkan bom, dan semuanya di luar Amerika

Sesudah 11 tahun 179 milyar dollar dihabiskan
Atau 82 juta dollar sehari dibelanjakan
Sesudah 2 juta penduduk sipil Vietnam mati
1 juta tentara Vietnam mati,
60.000 serdadu Amerika mati,
Saigon dikepung ketat dan mereka terbirit-birit lari

[Uncle Sam (JayGee 6)] Amerika, negara adikuasa dan
kaya luarbiasa
Bertekuk lutut dikalahkan Vietnam Utara
Negara kecil, miskin dan compang-camping
Dan tidak sekali pun, tidak satu kilogram pun
Menjatuhkan bom di kota Amerika
Sehingga penduduk sipil, kehilangan nyawa

4

Tidak kapok-kapoknya Angkel Sam
Campur tangan orang punya urusan
Tahun 1980-an, yaitu di Nicaragua
Di peta, negara itu sebesar daun telinga
Di Amerika Tengah, 200.000 bermatian
Negeri kecil yang digiling dilumatkan
Mereka ke Mahkamah Dunia mengadukan
Angkel Sam didenda repatriasi dan Nicaragua
dimenangkan
Tapi si Adidaya ini mengabaikan keputusan
Ke Nicaragua balik lagi melakukan penyerangan
Dan ketika si Daun Telinga mengadukan
Ke Dewan Keamanan
Angkel Sam menjatuhkan veto sendirian

5

Kemudian tengoklah Israil luar biasa dimanja Amerika

Menindas rakyat, membunuhi perempuan
Menyapu anak-anak intifadah
Tidak apa-apa

Mengusir rakyat Palestina ke kemah-kemah di gurun
Membuldozer permukiman
Tidak apa-apa

Melanggar puluhan resolusi Dewan Keamanan
Dicerca dikutuk masyarakat dunia
Tidak apa-apa

Membuat senjata nuklir
Mengancamkan hulu nuklir
Tidak apa-apa

Israil luar biasa dimanja Amerika
Rakyat pembayar pajak Angkel Sam
Tak berdaya mau saja dipaksa
Membiayai subsidi anak manja Israil ini

Kami yang jauh ini jadi bertanya-tanya
Israil ini negara bagian Amerika Serikat
Atau Amerika Serikat provinsi Israil
Perdana Menteri Israil ini gubernur negara bagian AS
Atau Presiden Amerika gubernur provinsi Israil?
Pertanyaan ini pisau bermata dua
Amat sulit menjawabnya
Dan sangat mudah menjawabnya.

6

Pengembaraan peta kita tiba di sekitar Eufrat-Tigris
Ketika badai debu mengotori peta
Di negeri Seribu Satu Malam ini
Terdengar gemuruh Seribu Satu Peluru Kendali

Inilah kisah yang sangat menjemukan
Karena pengulangan lagi peragaan otot kekuasaan
Bersambung dengan beribu peluru kendali berlayangan
Dan 3000 bom berjatuhan
Malam ini berselimut kegelapan dan kengerian
Berulang sejarah campur tangan, intervensi 1000 alasan
Sejak zaman kulit merah Indian, kulit hitam Afrika,
Hawaii, Filipina, Cuba, Vietnam,
Nicaragua, Amerika Tengah, Palestina
Memaksakan kehendak, mau menang sendiri
Rasis dan imperialis sejati
Sehingga cendekiawan Noam Chomsky
Tak dapat menahan hati
Inilah katanya tentang negerinya sendiri:
''United States, leading terrorist state.''

Aku terkesima membaca tulisannya itu
Padahal aku suka manusianya, Amerika itu
Keluarga Werrbach yang 47 tahun lalu
Mengangkatku jadi anak mereka
Di rumah 977 East Circle Drive
Di desa Whitefish Bay
Di bulan puasa Heino menyediakan sahur untukku
Aku terkenang Tim Hubbard teman sekolahku
Yang menghubungkan aku
Ke ladang mixed farming di tepi Danau Michigan
Sehingga aku ingin jadi pengusaha ladang campuran
Seraya menulis puisi
Sehingga aku belajar kedokteran hewan dan peternakan
Aku cinta manusianya, Amerika itu
Petani, penjaga pompa bensin, oma di rumah jompo,
pemusik jazz, penyair, sopir taksi Chicago, guruku,
Tapi aku tidak suka politik pemerintah pusatnya
Dengan enam helai puisiku ini aku menentang perangnya
Kini tengah aku menulis puisi ini di Utan Kayu
Tepat tengah malam di Basrah, Najaf dan Baghdad,
Terkenang aku pada makam Sayidina Ali,
sufi Abdul Qadir Jailani,
Terkenang aku pada Tardji yang memanjat patung Abu
Nawas di Baghdad, dan kupotret dia
Teringat aku pada Gus Mus yang menerjemah untuk kami
5 penyair Indonesia di festival puisi Iraq tahun itu
Mungkin hotel tempat kami menginap sudah hancur
Mungkin fail puisi kami sudah punah dan musnah
Mungkin rekan kami penyair Iraq ada yang mati sudah
Malam ini bom dan peluru kendali
Ganas dan cerdas, berdesing-desing
Berselimut kegelapan dan kengerian
Ratusan ribu anak-anak dan orangtua mereka
Orang kebanyakan pemegang kartu penduduk biasa
Menunggu diusung dengan tandu
Pada hari keesokan
Ke ruang gawat darurat atau ke kuburan.

Jum'at, 28 Maret 2003.